Diam.
Membisu.
Sepi.
Tanpa suara. Tanpa berita.
Aku tahu dirimu ada di sana. Diammu seribu bahasa.
Lantas, aku menghulur berita. Bertamu di ambang pintu rumahmu.
Jawapanmu, layananmu sungguh mendukacitakan.
Kita sudah dewasa, teman. Bisa merasai perbedaannya. Bisa mengesan dari sinar matamu, dari butir ucapanmu, dari diammu..
Aku sedih. Membungkam. Diamku melayan perasaan.
Diam ini sangat merimaskan. Sangat menyesakkan jiwa. Sangat membebankan perasaan. Kerana engkau jauh walaupun dirimu dekat. Diammu memberi makna. Diammu mengungkap seribu rasa.
Aku rindukan ukhwah sesama kita, teman. Aku rindukan mutiara kata yang keluar dari ulas bibirmu. Bisa mententeramkan jiwa yang gundah gulana…
Dalam diam, aku bertafakur. Bermuhasabah diri. Hikmah dalam bicara Allah s.w.t. ini ingin ku cari dan hayati. Puas sudah membelek diri, kekhilafan, kesalahan, kekurangan adalah fitrah manusia..
Maafkanlah dan terimalah kekurangan diri ini, teman kerana kita manusia biasa…
“To err is human, to forgive divine”
And I know, you knew better, my friends... and I must admit that this silence is louder than words..
Membisu.
Sepi.
Tanpa suara. Tanpa berita.
Aku tahu dirimu ada di sana. Diammu seribu bahasa.
Lantas, aku menghulur berita. Bertamu di ambang pintu rumahmu.
Jawapanmu, layananmu sungguh mendukacitakan.
Kita sudah dewasa, teman. Bisa merasai perbedaannya. Bisa mengesan dari sinar matamu, dari butir ucapanmu, dari diammu..
Aku sedih. Membungkam. Diamku melayan perasaan.
Diam ini sangat merimaskan. Sangat menyesakkan jiwa. Sangat membebankan perasaan. Kerana engkau jauh walaupun dirimu dekat. Diammu memberi makna. Diammu mengungkap seribu rasa.
Aku rindukan ukhwah sesama kita, teman. Aku rindukan mutiara kata yang keluar dari ulas bibirmu. Bisa mententeramkan jiwa yang gundah gulana…
Dalam diam, aku bertafakur. Bermuhasabah diri. Hikmah dalam bicara Allah s.w.t. ini ingin ku cari dan hayati. Puas sudah membelek diri, kekhilafan, kesalahan, kekurangan adalah fitrah manusia..
Maafkanlah dan terimalah kekurangan diri ini, teman kerana kita manusia biasa…
“To err is human, to forgive divine”
And I know, you knew better, my friends... and I must admit that this silence is louder than words..
Tiba-tiba berpuisi. Wow
ReplyDeletePuisi caca-merba,hentam sajalah..
ReplyDeletetq koz sudi komen kat blog sy yg serba kekurgn..hehehe..
ReplyDeletesedih la plak bila baca..... harap2 semuanya akan kembali 'normal'...
ReplyDeletecam sedih aje isi poem ni
ReplyDeleteTo kujat el kutat:
ReplyDeleteTeman pun serba kekurangan, masih belajar lagi dunia blog ni..
To: Rush Murad,
ReplyDeleteEntahlah,org pompuan ni benda kecik pun nak ambil hati, sampai berbulan-bulan, sanggup put the friendship at stake..
To: Crazy Beautiful88,
Memang sedih, dah mcm adik-beradik, kerana hal yg kecik shj, tiba2 putus hubungan..bersabar jelah..
Salam...
ReplyDeleteBiasalah, terkadang ombak itu tenang mendamaikan jiwa..terkadang ianya bergelora membelah pengembara..laut itu juga pernah dibelah oleh Nabi Musa a.s..
Ukhwah ibarat laut..jagalah supaya tsunami tak datang kembali..
To: Ibnurashidi,
ReplyDeleteSusah juga menjaga ukhwah ni, bila mereka buat tak tau je, kita nak mulakan pun rasa segan...biarlah masa yg menentukan..
Diam bukan tanda tidak ambil kisah... dia hanya akan muncul disaat diperlukan sahaja....
ReplyDeletediam sambil berfikir strategi utk memecah kebuntuan sambil melayani perasaan yg membungkam di dalam...huhu..
Delete